Kamis, 07 Januari 2016

Dampak Animasi terhadap Pola Pikir Siswa




Saat ini, siapa yang tidak kenal dengan animasi. Kartun atau animasi telah menjadi trending topic[1] saat ini. Karakter dalam animasi yang digambarkan memiliki kekuatan super dan wajah yang rupawan. Tidak jarang cerita animasi sangat berpengaruh dalam kehidupan anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa
Menurut KBBI, Animasi adalah acara televisi yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yg digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak di layar menjadi bergerak. Awalnya animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak. Berbeda sekarang, dengan bantuan komputer dan grafika, pembuatan film animasi sangatlah mudah dan cepat.

 Animasi sudah banyak bermunculan di berbagai stasiun televisi. Berbagai tema kartun mulai dari bajak laut, ninja, robot, dan lain-lain sering menghiasi layar kaca, terutama pada hari Minggu. Apalagi saat ini sudah banyak website-website yang menyediakan film animasi secara gratis, bahkan gadget pun dengan mudahnya digunakan untuk menonton  animasi yang disukai.

Pelopor pembuatan animasi adalah Amerika Serikat (Walt Disney). Animasinya telah menduduki peringkat pertama sebagai animasi terbaik sepanjang masa berjudul Frozen berdasarkan penghargaan dari Golden Globe Award. Selain itu, ada juga animasi buatan jepang yang dinamakan Anime. Anime telah menyebar ke seluruh dunia dan ditayangkan setiap hari di saluran televisi di Jepang.
Tenyata negara kita tidak ingin kalah dengan kedua negara besar tersebut. Indonesia juga telah menciptakan banyak animasi. Akan tetapi, hingga saat ini animasi yang paling terkenal adalah “Battle of Surabaya”, animasi tersebut telah mendunia dan meraup pendapatan yang sangat banyak, bahkan animasi ini membuat Walt Disney tertarik untuk menggarap animasi tersebut.
Animasi memang sebuah hiburan yang bisa menghilangkan rasa jenuh. Akan tetapi, apakah kita hanya mengorbankan kesenangan semata dan mengabaikan dampak negatif dari animasi ini karena tidak semua animasi baik untuk kita, terlebih lagi, sekarang ini animasi ada dimana-mana dan sedang di gemari oleh banyak orang.
Tahukah anda bahwa terdapat beberapa fakta tentang dampak positif dan negatif dari menonton animasi terhadap pola pikir siswa. Professor di Tama University, Yuichi Higuchi[2], mengungkapkan bahwa menjauhkan siswa dari animasi maupun komik adalah hal yang tidak tepat, siswa akan belajar untuk mengamati gambar dalam penyampaian sebuah cerita, animasi memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan pemahaman terhadap siswa. Jika siswa menyukainya, maka mereka akan berbagi cerita tentang apa yang dia lihat. Dengan melibatkan mereka dalam suatu hal yang mereka cintai maka mereka akan membuka matanya untuk berpikir lebih kritis. Selain itu, mereka memiliki potensi besar untuk belajar keterampilan berbahasa.
Ketika suatu episode akan berakhir dan ternyata episode tersebut memiliki sebuah ending yang cliffhanger[3], disitulah siswa akan berpikir lebih luas lagi tentang bagaimana kelanjutan dari episode tersebut. Secara langsung, siswa akan berkhayal, berimajinasi, dan berpikir secara kritis, dan dari beberapa tindakan tersebut siswa akan meningkatkan kreativitasnya dan pemikirannya akan menjadi lebih luas lagi.
Baiknya lagi, animasi membantu cara berpikir siswa saat sedang belajar di rumah maupun di sekolah. Saat guru menjelaskan, siswa akan mengangkat tangannya dan menambah informasi yang telah ia dapatkan saat menonton animasi. Seperti budaya-budaya dan tempat-tempat yang muncul dalam animasi yang telah ditonton oleh siswa.
Tanpa disadari, film animasi tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir siswa. Siswa akan sering menganggap bahwa dirinya super hero atau dapat melakukan hal-hal yang ada di dalam animasi tersebut. Tokoh-tokohnya sering kali ditiru oleh siswa. Terdapat kisah naas yang dialami oleh Rivano Siahaya, ia mengikuti gerakan yang ada di dalam anime Naruto dan nyawanyapun direnggut karena melakukan sebuah kesalahan.
Dampak negatif animasi dalam dunia pendidikan juga akan terlihat ketika siswa mulai ketagihan dengan animasi khususnya anime. Setiap pulang sekolah dia akan langsung menyalakan komputernya lalu mem-browsing anime yang rilis di hari itu juga sehingga dia melupakan PR atau tugas yang telah diberikan oleh guru saat sekolah. Belum lagi dia akan lupa dengan makan siangnya, dia akan kesusahan untuk dipanggil makan di ruang makan karena tidak ingin berhenti menonton animasi yang dia sukai itu. Sebab animasi, siswa yang pintar bisa jadi bodoh, dan siswa yang bodoh akan tambah bodoh jika animasi tidak dimanfaatkan dengan baik.
Di sekolah, siswa yang sudah kecanduan dengan animasi akan ikut mencampuri materi yang dijelaskan oleh guru dengan apa yang dia lihat saat menonton animasi. Jika guru mengatakan bahwa koruptor dapat berubah menjadi orang yang jujur lagi, berbeda dengan siswa, dia akan berpendapat bahwa koruptor tetaplah seorang koruptor, dia harus dihukum mati. Singkatnya, dia akan berpribadian aneh dan tidak menjadi dirinya sendiri.
Animasi dan komik memiliki hubungan yang erat karena kebanyakan animasi diadaptasi dari manga. Nah, siswa yang tidak sabar dengan kelanjutan animasi bisa membaca kelanjutannya terlebih dahulu dengan komik. Buruknya, jika siswa terus membaca komik maka dia akan melupakan buku pelajarannya dan dia akan lebih memilih untuk membaca komik daripada buku pelajaran.
Dampak negatif juga dapat dilihat di animasi khususnya animasi yang berasal dari Jepang (anime), anime di zaman ini telah dicampuri dengan hal-hal yang berbau porno. Hal ini sangat berbahaya jika ditonton oleh anak-anak yang masih di bawah umur. Misalnya anime Hentai dan JAV[4] , film ini sangat tidak layak untuk ditonton. Dalam sebuah penelitian, animasi Hentai dapat membuat kerusakan otak sekitar 80% dari isinya. Buruknya, sekarang penjualan anime Hentai dan JAV di Jepang sudah terjual bebas, terutama di kota Akihabara sehingga masyarakat di Jepang sudah mengganggap hal ini sudah biasa.
Bukan hanya itu, animasi juga mengandung unsur LGBT[5], animasi tersebut akan menampilkan satu pasangan yang sesama jenis yang dapat merusak moral lalu mempengaruhi pemikiran siswa agar berpikiran menjadi seorang Lesbian/ Gay/ Biseksual/ Transgender.
Selain dari animasi yang berbau mesum dan LGBT, animasi juga berpeluang besar untuk membuat seorang siswa untuk berada di depan laptop dan gadget di setiap saat, perbuatan seperti itu dapat membuat kerusakan pada otak juga. Animasi juga dapat membuat kehidupan sosial siswa akan menurun dan bahkan ada beberapa siswa yang lebih senang mengurung dirinya di dalam kamar sehingga tidak jarang mereka menghabiskan waktunya untuk menonton animasi daripada belajar.
Animasi sangatlah membantu siswa dan masyarakat dalam mengembangkan kreativitas, paham baca, pemahaman pikiran, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, animasi juga membuat beberapa masalah seperti menciptakan seorang Hikkikomori[6], ketagihan, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang tua seharusnya mengawasi anaknya ketika menggunakan laptop atau gadget sehingga anak-anak dapat terhindar dari beberapa serangan dampak negatif dari animasi.
Animasi memang terasa menyenangkan saat menontonnya, tetapi kita juga harus memperhatikan rating animasi tersebut, mana yang dilayak ditonton dan mana yang tidak layak ditonton. Kita juga harus memerhatikan waktu karena jangan sampai kita melupakan mengerjakan tugas sekolah. Animasi memang sangat seru untuk ditonton tapi ketika kita melupakan waktu maka kita juga akan merusak otak kita sendiri dan membuat nilai sekolah kita anjlok. Dari beberapa permabahasan di atas, kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa tontonlah animasi dengan niat positif agar menghasilkan hal yang positif juga. (Thoriq Erzulsyah Mahmud)


1 Yang sedang mutakhir
[2] Savitri, Ayunda W. 2013.  Latih Anak Agar Kritis Melalui Anime & Manga, (Online), (http://techno.okezone.com/read/2013/06/28/56/829194/latih-anak-agar-kritis-melalui-anime-manga,  diakses 5 September 2015).
[3] Dimana sebuah ending dalam sebuah cerita membuat pembaca/penonton menjadi sangat penasaran akan kelanjutannya
[4] Japanese Adult Video
[5] Singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender
[6] Seseorang yang lebih memilih untuk mengurung dirinya di dalam kamarnya

1 komentar: