Saat ini, siapa yang tidak kenal
dengan animasi. Kartun atau animasi telah menjadi trending topic[1]
saat ini. Karakter dalam animasi yang digambarkan memiliki kekuatan super
dan wajah yang rupawan. Tidak jarang cerita animasi sangat berpengaruh dalam
kehidupan anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa
Menurut KBBI, Animasi adalah acara televisi
yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yg digerakkan secara mekanik
elektronis sehingga tampak di layar menjadi bergerak. Awalnya animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian
diputar sehingga muncul efek gambar bergerak. Berbeda sekarang, dengan bantuan komputer
dan grafika, pembuatan film animasi
sangatlah mudah dan cepat.
Animasi sudah banyak bermunculan di berbagai stasiun
televisi. Berbagai tema kartun mulai dari bajak laut, ninja, robot, dan lain-lain sering menghiasi layar kaca, terutama pada hari Minggu. Apalagi
saat ini sudah banyak website-website yang menyediakan film animasi
secara gratis, bahkan gadget pun dengan mudahnya digunakan untuk menonton animasi yang disukai.
Pelopor pembuatan animasi adalah Amerika Serikat (Walt Disney). Animasinya telah menduduki peringkat pertama sebagai
animasi terbaik sepanjang masa berjudul Frozen berdasarkan penghargaan dari Golden Globe Award. Selain itu, ada juga animasi buatan jepang yang dinamakan Anime. Anime telah menyebar ke seluruh dunia dan
ditayangkan setiap hari di saluran televisi di Jepang.
Tenyata negara kita tidak ingin kalah dengan kedua negara besar tersebut. Indonesia juga telah menciptakan banyak animasi. Akan tetapi,
hingga saat ini animasi yang paling terkenal adalah “Battle of Surabaya”,
animasi tersebut telah mendunia dan meraup pendapatan yang sangat banyak,
bahkan animasi ini membuat
Walt Disney tertarik untuk menggarap animasi tersebut.
Animasi memang sebuah hiburan yang bisa
menghilangkan rasa jenuh. Akan tetapi, apakah kita hanya mengorbankan kesenangan semata dan mengabaikan dampak
negatif
dari animasi ini karena tidak semua animasi baik untuk kita, terlebih lagi, sekarang
ini animasi ada dimana-mana dan sedang di
gemari oleh banyak orang.
Tahukah anda bahwa terdapat beberapa fakta tentang dampak positif dan negatif dari menonton animasi terhadap pola pikir siswa. Professor di Tama University, Yuichi Higuchi[2], mengungkapkan bahwa menjauhkan siswa dari animasi maupun komik
adalah hal yang tidak tepat, siswa akan belajar untuk mengamati gambar dalam
penyampaian sebuah cerita, animasi memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan
pemahaman terhadap siswa. Jika
siswa menyukainya, maka mereka akan berbagi cerita tentang apa yang dia lihat.
Dengan melibatkan mereka dalam suatu hal yang mereka cintai maka mereka akan
membuka matanya untuk berpikir lebih kritis. Selain itu, mereka memiliki potensi
besar untuk belajar keterampilan berbahasa.
Ketika suatu episode akan berakhir dan ternyata
episode tersebut memiliki sebuah ending
yang cliffhanger[3],
disitulah siswa akan berpikir lebih luas lagi tentang bagaimana kelanjutan dari
episode tersebut. Secara langsung, siswa akan berkhayal, berimajinasi, dan
berpikir secara kritis, dan dari beberapa tindakan tersebut siswa akan
meningkatkan kreativitasnya dan pemikirannya akan menjadi lebih luas lagi.
Baiknya lagi, animasi membantu cara berpikir
siswa saat sedang belajar di rumah maupun di sekolah. Saat guru menjelaskan,
siswa akan mengangkat tangannya dan menambah informasi yang telah ia dapatkan
saat menonton animasi. Seperti budaya-budaya dan tempat-tempat yang muncul
dalam animasi yang telah ditonton oleh siswa.
Tanpa disadari, film animasi tersebut dapat
mempengaruhi cara berpikir siswa. Siswa akan sering menganggap bahwa dirinya super hero atau dapat melakukan hal-hal
yang ada di dalam animasi tersebut. Tokoh-tokohnya sering
kali ditiru oleh siswa. Terdapat kisah naas yang dialami oleh
Rivano Siahaya, ia mengikuti gerakan yang ada di dalam anime Naruto dan
nyawanyapun direnggut karena melakukan sebuah kesalahan.
Dampak negatif animasi dalam dunia pendidikan
juga akan terlihat ketika siswa mulai ketagihan dengan animasi khususnya anime.
Setiap pulang sekolah dia akan langsung menyalakan komputernya lalu mem-browsing anime yang rilis di hari itu
juga sehingga dia melupakan PR atau tugas yang telah diberikan oleh guru saat
sekolah. Belum lagi dia akan lupa dengan makan siangnya, dia akan kesusahan
untuk dipanggil makan di ruang makan karena tidak ingin berhenti menonton
animasi yang dia sukai itu. Sebab animasi, siswa yang pintar bisa jadi bodoh,
dan siswa yang bodoh akan tambah bodoh jika animasi tidak dimanfaatkan dengan
baik.
Di sekolah, siswa yang sudah kecanduan dengan
animasi akan ikut mencampuri materi yang dijelaskan oleh guru dengan apa yang
dia lihat saat menonton animasi. Jika guru mengatakan bahwa koruptor dapat
berubah menjadi orang yang jujur lagi, berbeda dengan siswa, dia akan
berpendapat bahwa koruptor tetaplah seorang koruptor, dia harus dihukum mati.
Singkatnya, dia akan berpribadian aneh dan tidak menjadi dirinya sendiri.
Animasi dan komik memiliki hubungan yang erat
karena kebanyakan animasi diadaptasi dari manga. Nah, siswa yang tidak sabar
dengan kelanjutan animasi bisa membaca kelanjutannya terlebih dahulu dengan
komik. Buruknya, jika siswa terus membaca komik maka dia akan melupakan buku
pelajarannya dan dia akan lebih memilih untuk membaca komik daripada buku
pelajaran.
Dampak negatif juga dapat dilihat di animasi khususnya animasi yang berasal dari Jepang (anime), anime di zaman ini telah
dicampuri dengan hal-hal yang berbau porno. Hal ini sangat berbahaya jika ditonton oleh anak-anak yang
masih di bawah umur. Misalnya anime
Hentai dan JAV[4]
, film ini sangat tidak layak untuk ditonton. Dalam sebuah penelitian, animasi Hentai dapat
membuat kerusakan otak sekitar 80% dari isinya. Buruknya, sekarang penjualan anime Hentai dan JAV di Jepang sudah terjual bebas, terutama di kota Akihabara sehingga
masyarakat di Jepang sudah mengganggap hal ini sudah biasa.
Bukan hanya itu, animasi juga mengandung unsur LGBT[5],
animasi tersebut akan menampilkan satu pasangan yang sesama jenis yang dapat
merusak moral lalu mempengaruhi pemikiran siswa agar berpikiran menjadi seorang
Lesbian/ Gay/ Biseksual/ Transgender.
Selain dari animasi yang berbau mesum dan LGBT,
animasi juga berpeluang besar untuk membuat seorang siswa untuk berada di depan
laptop dan gadget di setiap saat,
perbuatan seperti itu dapat membuat kerusakan pada otak juga. Animasi juga
dapat membuat kehidupan sosial siswa akan menurun dan bahkan ada beberapa siswa yang lebih senang mengurung dirinya di dalam kamar sehingga tidak jarang
mereka menghabiskan waktunya untuk menonton animasi daripada belajar.
Animasi sangatlah membantu siswa dan masyarakat dalam
mengembangkan kreativitas, paham baca, pemahaman pikiran, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, animasi juga membuat beberapa masalah seperti menciptakan seorang Hikkikomori[6],
ketagihan, dan lain-lain. Oleh karena itu, orang tua seharusnya mengawasi
anaknya ketika menggunakan laptop atau gadget
sehingga anak-anak dapat terhindar dari beberapa serangan dampak negatif dari
animasi.
Animasi memang terasa
menyenangkan saat menontonnya, tetapi kita juga harus memperhatikan rating
animasi tersebut, mana yang dilayak ditonton dan mana yang tidak layak
ditonton. Kita juga harus memerhatikan waktu karena jangan sampai kita
melupakan mengerjakan tugas sekolah. Animasi memang sangat seru untuk ditonton
tapi ketika kita melupakan waktu maka kita juga akan merusak otak kita sendiri
dan membuat nilai sekolah kita anjlok. Dari beberapa permabahasan di atas, kita
dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa tontonlah animasi dengan niat positif
agar menghasilkan hal yang positif juga. (Thoriq Erzulsyah Mahmud)
[2]
Savitri, Ayunda W. 2013. Latih Anak Agar Kritis Melalui Anime & Manga, (Online), (http://techno.okezone.com/read/2013/06/28/56/829194/latih-anak-agar-kritis-melalui-anime-manga, diakses 5 September 2015).
[3] Dimana sebuah ending dalam
sebuah cerita membuat pembaca/penonton menjadi sangat penasaran akan kelanjutannya
[4] Japanese Adult Video
[5]
Singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender
[6] Seseorang yang lebih memilih
untuk mengurung dirinya di dalam kamarnya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus